Bad Moms megisahkan tentang Amy (Mila Kunis) yang berusaha menjadi seorang ibu yang baik namun selalu gagal dan menuai hasil yang buruk dengan selalu mengecewakan anaknya. Karena gagal sebagai "Good Mom" Amy bersama Kiki (Kristen Bell) dan Kathryn Kahn (Carla Dunker) memutuskan berubah menjadi "Bad Moms".
Bad Moms merupakan film komedi yang memiliki plot cukup simple, namun bermakna. Digarap dengan tone yang cerah, film ini banyak menampilkan komedia sarkastik yang mungkin kita sadari atau tidak.
Pendalaman cerita serta karakter dalam film ini juga sudah cukup lumayan, sehingga konflik yang dibawa cukup emosional dan dapat diterima oleh penotnton.
Keunggulannya? Akting dari Mila Kunis, Kristen Bell dan Kathryn Kahn menciptakan chemistry yang baik sesuai dengan karakter mereka masing-masing. Memunculkan peran Jessie (Jay Hernandez) dalm film juga membuat film ini semakin fresh.
Kelemahannya? Too predictable. Ya salah satu kelemahan film yang berfokus pada komedinya adalah ending yang terlalu mudah diprediksi. Selain itu cukup banyak joke yang missplace sehingga membuat beberapa scene menjadi cringe dan mendapat ekspresi datar dari penonton.
Kesimpulannya Bad Moms merupakan film komedi yang sangat cocok ditonton oleh kaum hawa khusunya Ibu-ibu. Mengapa? karena banyak pelajaran yang bisa dipetik dari film ini. Film ini juga mengajarkan bahwa tidak selamanya sistem selalu berhasil, dan kadang kita harus keluar dari sistem untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan.
Memorable Scene : Ketika Amy berpidato pada malam pemilihan ketua organisasi orang tua di sekolah.
IMO, rating : 6,5
Monday, December 26, 2016
Review Dirty Grandpa : Too Predictable
Dirty Grandpa bercerita tentang Dick Kelly (Robert de Niro) yang baru saja kehilangan istrinya dan ingin melakukan perjalanan keluar kota. Karena tidak tega melihat kakeknya sendirian dalam berlibur, Jason (Zac Efron) berinisiatif untuk menemani kakeknya tersebut. Padahal di minggu depan Jason akan menikah dengan Meredith (Julianne Hough) dan harus menyiapkan segalanya. Namun diluar dugaan Jason, dalam perjalanan kakeknya menunjukan "sisi gelapnya" dan menjadi "jorok". Jason pun dibuat kewalahan oleh kakeknya dan dalam perjalanan ia menemukan berbagai hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Dirty Grandpa merupakan film R-rated comedy khusus dewasa. Banyak candaan, jokes dan scene vulgar di film ini, sangat tidak recomended bagi anak-anak. Memang akan sangat tanggung rasanya jika film ini tidak dibuat R-rated.
Seperti film komedi pada umumnya, Dirty Grandpa menggunakan alur dan pace yang maju. IMO, plot yang diangkat sebenarnya cukup menarik. Namun sayangnya kedalaman cerita dalam film ini kurang digali lebih dalam sehingga penonton kurang merasakan emosional yang diinginkan dalam film ini.
Jokes atau candaan dalam film ini juga seharusnya menjadi poin plus, namun sayang banyak sekali jokes yang misplace dan tidak tepat waktu sehingga menjadi garing. Karakter dalam film ini juga tidak cukup digali, padahal tiap karakter dalam film ini memiliki potensi jika dieksekusi dengan benar.
Keunggulannya? Well banyaknya poin minus dalam film ini membuat saya cukup sulit menemukan poin plusnya. Mungkin satu-satunya poin plus adalah karakter dari Dick dan Jason yang diperankan dengan baik oleh Robert de Niro dan Zac Efron. Tanpa kedua aktor ini, film ini dijamin akan hampa. Chemistry mereka cukup baik dan menghibur.
Kelemahannya? Sudah dipaparkan diatas, So let me wrap it up. Pendalaman cerita yang kurang, plot yang terlalu simple padahal menarik, tidak bisa membangun emosi penonton dan terakhir ini yang paling parah. Sesuai judul atas, terlalu mudah ditebak.
Ya sejak menonton dari awal, (SPOILER ALERT) penonton pasti sudah bisa menebak bahwa Jason tidak akan jadi menikah dengan Meredith dan memilih untuk hidup dengan Shadia (Zoey Deutch).
Kesimpulannya, Film ini plot nya cukup menarik namun sayang diesekusi dengan sangat buruk.
Memorable Scene : Ketika Jason telanjang pagi hari di pantai lalu ditelpon Meredith, lalu diganggu anak kecil lalu anak kecil itu melaporkan Jason sebagai pedofil yang menggangu dia kepada ayahnya, sehingga Jason ditangkap polisi
IMO, rating : 4/10
Dirty Grandpa merupakan film R-rated comedy khusus dewasa. Banyak candaan, jokes dan scene vulgar di film ini, sangat tidak recomended bagi anak-anak. Memang akan sangat tanggung rasanya jika film ini tidak dibuat R-rated.
Seperti film komedi pada umumnya, Dirty Grandpa menggunakan alur dan pace yang maju. IMO, plot yang diangkat sebenarnya cukup menarik. Namun sayangnya kedalaman cerita dalam film ini kurang digali lebih dalam sehingga penonton kurang merasakan emosional yang diinginkan dalam film ini.
Jokes atau candaan dalam film ini juga seharusnya menjadi poin plus, namun sayang banyak sekali jokes yang misplace dan tidak tepat waktu sehingga menjadi garing. Karakter dalam film ini juga tidak cukup digali, padahal tiap karakter dalam film ini memiliki potensi jika dieksekusi dengan benar.
Keunggulannya? Well banyaknya poin minus dalam film ini membuat saya cukup sulit menemukan poin plusnya. Mungkin satu-satunya poin plus adalah karakter dari Dick dan Jason yang diperankan dengan baik oleh Robert de Niro dan Zac Efron. Tanpa kedua aktor ini, film ini dijamin akan hampa. Chemistry mereka cukup baik dan menghibur.
Kelemahannya? Sudah dipaparkan diatas, So let me wrap it up. Pendalaman cerita yang kurang, plot yang terlalu simple padahal menarik, tidak bisa membangun emosi penonton dan terakhir ini yang paling parah. Sesuai judul atas, terlalu mudah ditebak.
Ya sejak menonton dari awal, (SPOILER ALERT) penonton pasti sudah bisa menebak bahwa Jason tidak akan jadi menikah dengan Meredith dan memilih untuk hidup dengan Shadia (Zoey Deutch).
Kesimpulannya, Film ini plot nya cukup menarik namun sayang diesekusi dengan sangat buruk.
Memorable Scene : Ketika Jason telanjang pagi hari di pantai lalu ditelpon Meredith, lalu diganggu anak kecil lalu anak kecil itu melaporkan Jason sebagai pedofil yang menggangu dia kepada ayahnya, sehingga Jason ditangkap polisi
IMO, rating : 4/10
Review The Accountant : Superb performance from Ben Affleck
The Accountant megisahkan tentang Christian Wolf (Ben Affleck) seorang akuntan yang sejak kecil sudah mengidap autisme namun memiliki kecerdasan tingkat tinggi, bahkan jenius. Wolff bekerja sebagai akuntan untuk beberapa organisasi kriminal di dunia. Suatu ketika Wolff mendapat misi untuk meneliti keuangan suatu perusahaan, bersama pegawai tetap perusahaan terebut yaitu Dana Cummings (Anna Kendricks) mengetahui rahasia perusahaan yang melibatkan jutaan dollar dan seharusnya tidak mereka ketahui. Oleh karena hal tersebut hidup mereka terancam oleh pembunuh bayaran yang disewa perusahaan tersebut.
The Accountat bisa dibilang merupakan film action-thriller terbaik di 2016. Ya, di 2016 karena tahun ini dijejali oleh banyak film bergenre superhero, sehingga tidak ada film bergenre action-thriller lain yang mampu menyaingi film ini. (The Mechanic? MEH)
Dengan tone yang gelap, film ini menggunakan alur maju-mundur, maju saat melihat kehidupan Wolff di masa sekarang dan mundur saat melihat kehidupan Wolff saat kecil yang mengidap autisme. Pace yang digunakan dalam film ini juga sangat lambat karena bertujuan memperkenalkan sosok Christian Wolff ke penonton yang kisah hidupnya kelam dan "tidak mudah".
Penggambaran karakter Wolff dalam film ini juga patut diapresiasi. Penonton akan dibuat tenggelam dalam karakter ini dan dibuat penasaran setelah melihat Wolff masa kini dan Wolff pada masa kecil yang memiliki perbedaan siginifikan. Scene saat Wolff menyendiri di rumahnya merupakan penggambaran karakter yang sang baik dari sang sutradara. Menggosok kakinya sendiri, memutar lagu rock dengan volume besar, meyimpan peralatan makan untuk 1 orang dengan sangat rapi, menyimpan banyak senjata dalam mobil. Well, scene itu cukup menggambarkan bahwa Wolff adalah seorang autisme.
Keunggulannya? Ben Affleck! ya, seperti judul yang saya buat diatas, berkat akting mumpuni dari Ben Affleck, karakter Christian Wolff menjadi sangat menarik dan gelap. Aktor pemeran Batman ini berhasil memerankan karakter Wolff yang misterius, bertalenta sekaligus memiliki kelainan seperti sulit bergaul dengan orang sekitar atau anti-sosial.
(SPOILER ALERT) Twist yang dihadirkan dalam film ini juga sangat mengejutkan. Setelah digambarkan sebagai karakter yang diam tanpa suara selama masa kecil, ternyata Brax (Jon Bernthal) musuh utama adalah film ini merupakan saudara kandung Wolff. Well, saya pribadi sudah berhasil menebak ini sejak Wolff menghabisi anak buah Brax dan Brax melihatnya lewat komputernya.
Kelemahannya? 1/4 cerita awal cukup membosankan karena cerita dipacu dengan lambat dan berfokus ke 2 plot yang cukup membingungkan yaotu plot Chritian Wolff masa sekarang dan masa kecil, serta plot kerjasama Ray King (JK Simmons) dan Medina (Cyhnthia Addai-Robinson).
Lalu role dari Ray King dan Medina IMO juga tidak terlalu penting. Khusunya JK Simmons, tentu kita berharap dia akan memainkan peran yang lebih penting dalam film ini, namun sayang eksptasi itu harus dikubur dalam-dalam.
Kesimpulannya, The Accountant merupakan salah satu film Action-Thriller yang baik terutama penggambaran karakter Christian Wolff yang diperankan sangat apik oleh Ben Affleck disini.
Memorable Scene :
1. Scene ketika Wolff dan Dana Cummings pertama bertemu. Setelahnya film ini menjadi cukup menarik dan sedikit cerah dengan scene awkward nya Wolff terhadap Dana.
2. Ketika Wolff kecil berlatih pencak silat di Indonesia dan berbicara "Tidak apa-apa, lanjutkan saja"
IMO, rating : 8/10
The Accountat bisa dibilang merupakan film action-thriller terbaik di 2016. Ya, di 2016 karena tahun ini dijejali oleh banyak film bergenre superhero, sehingga tidak ada film bergenre action-thriller lain yang mampu menyaingi film ini. (The Mechanic? MEH)
Dengan tone yang gelap, film ini menggunakan alur maju-mundur, maju saat melihat kehidupan Wolff di masa sekarang dan mundur saat melihat kehidupan Wolff saat kecil yang mengidap autisme. Pace yang digunakan dalam film ini juga sangat lambat karena bertujuan memperkenalkan sosok Christian Wolff ke penonton yang kisah hidupnya kelam dan "tidak mudah".
Penggambaran karakter Wolff dalam film ini juga patut diapresiasi. Penonton akan dibuat tenggelam dalam karakter ini dan dibuat penasaran setelah melihat Wolff masa kini dan Wolff pada masa kecil yang memiliki perbedaan siginifikan. Scene saat Wolff menyendiri di rumahnya merupakan penggambaran karakter yang sang baik dari sang sutradara. Menggosok kakinya sendiri, memutar lagu rock dengan volume besar, meyimpan peralatan makan untuk 1 orang dengan sangat rapi, menyimpan banyak senjata dalam mobil. Well, scene itu cukup menggambarkan bahwa Wolff adalah seorang autisme.
Keunggulannya? Ben Affleck! ya, seperti judul yang saya buat diatas, berkat akting mumpuni dari Ben Affleck, karakter Christian Wolff menjadi sangat menarik dan gelap. Aktor pemeran Batman ini berhasil memerankan karakter Wolff yang misterius, bertalenta sekaligus memiliki kelainan seperti sulit bergaul dengan orang sekitar atau anti-sosial.
(SPOILER ALERT) Twist yang dihadirkan dalam film ini juga sangat mengejutkan. Setelah digambarkan sebagai karakter yang diam tanpa suara selama masa kecil, ternyata Brax (Jon Bernthal) musuh utama adalah film ini merupakan saudara kandung Wolff. Well, saya pribadi sudah berhasil menebak ini sejak Wolff menghabisi anak buah Brax dan Brax melihatnya lewat komputernya.
Kelemahannya? 1/4 cerita awal cukup membosankan karena cerita dipacu dengan lambat dan berfokus ke 2 plot yang cukup membingungkan yaotu plot Chritian Wolff masa sekarang dan masa kecil, serta plot kerjasama Ray King (JK Simmons) dan Medina (Cyhnthia Addai-Robinson).
Lalu role dari Ray King dan Medina IMO juga tidak terlalu penting. Khusunya JK Simmons, tentu kita berharap dia akan memainkan peran yang lebih penting dalam film ini, namun sayang eksptasi itu harus dikubur dalam-dalam.
Kesimpulannya, The Accountant merupakan salah satu film Action-Thriller yang baik terutama penggambaran karakter Christian Wolff yang diperankan sangat apik oleh Ben Affleck disini.
Memorable Scene :
1. Scene ketika Wolff dan Dana Cummings pertama bertemu. Setelahnya film ini menjadi cukup menarik dan sedikit cerah dengan scene awkward nya Wolff terhadap Dana.
2. Ketika Wolff kecil berlatih pencak silat di Indonesia dan berbicara "Tidak apa-apa, lanjutkan saja"
IMO, rating : 8/10
Subscribe to:
Posts (Atom)