Monday, December 26, 2016

Review Bad Moms : Entertaining but Failed to be Fun

Bad Moms megisahkan tentang Amy (Mila Kunis) yang berusaha menjadi seorang ibu yang baik namun selalu gagal dan menuai hasil yang buruk dengan selalu mengecewakan anaknya. Karena gagal sebagai "Good Mom" Amy bersama Kiki (Kristen Bell) dan Kathryn Kahn (Carla Dunker) memutuskan berubah menjadi "Bad Moms".


Bad Moms merupakan film komedi yang memiliki plot cukup simple, namun bermakna. Digarap dengan tone yang cerah, film ini banyak menampilkan komedia sarkastik yang mungkin kita sadari atau tidak.

Pendalaman cerita serta karakter dalam film ini juga sudah cukup lumayan, sehingga konflik yang dibawa cukup emosional dan dapat diterima oleh penotnton.

Keunggulannya? Akting dari Mila Kunis, Kristen Bell dan Kathryn Kahn menciptakan chemistry yang baik sesuai dengan karakter mereka masing-masing. Memunculkan peran Jessie (Jay Hernandez) dalm film juga membuat film ini semakin fresh.

Kelemahannya? Too predictable. Ya salah satu kelemahan film yang berfokus pada komedinya adalah ending yang terlalu mudah diprediksi. Selain itu cukup banyak joke yang missplace sehingga membuat beberapa scene menjadi cringe dan mendapat ekspresi datar dari penonton.

Kesimpulannya Bad Moms merupakan film komedi yang sangat cocok ditonton oleh kaum hawa khusunya Ibu-ibu. Mengapa? karena banyak pelajaran yang bisa dipetik dari film ini. Film ini juga mengajarkan bahwa tidak selamanya sistem selalu berhasil, dan kadang kita harus keluar dari sistem untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan.

Memorable Scene : Ketika Amy berpidato pada malam pemilihan ketua organisasi orang tua di sekolah.

IMO, rating : 6,5

Review Dirty Grandpa : Too Predictable

Dirty Grandpa bercerita tentang Dick Kelly (Robert de Niro) yang baru saja kehilangan istrinya dan ingin melakukan perjalanan keluar kota. Karena tidak tega melihat kakeknya sendirian dalam berlibur, Jason (Zac Efron) berinisiatif untuk menemani kakeknya tersebut. Padahal di minggu depan Jason akan menikah dengan Meredith (Julianne Hough) dan harus menyiapkan segalanya. Namun diluar dugaan Jason, dalam perjalanan kakeknya menunjukan "sisi gelapnya" dan menjadi "jorok". Jason pun dibuat kewalahan oleh kakeknya dan dalam perjalanan ia menemukan berbagai hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.


Dirty Grandpa merupakan film R-rated comedy khusus dewasa. Banyak candaan, jokes dan scene vulgar di film ini, sangat tidak recomended bagi anak-anak. Memang akan sangat tanggung rasanya jika film ini tidak dibuat R-rated.

Seperti film komedi pada umumnya, Dirty Grandpa menggunakan alur dan pace yang maju. IMO, plot yang diangkat sebenarnya cukup  menarik. Namun sayangnya kedalaman cerita dalam film ini kurang digali lebih dalam sehingga penonton kurang merasakan emosional yang diinginkan dalam film ini.

Jokes atau candaan dalam film ini juga seharusnya menjadi poin plus, namun sayang banyak sekali jokes yang misplace dan tidak tepat waktu sehingga menjadi garing. Karakter dalam film ini juga tidak cukup digali, padahal tiap karakter dalam film ini memiliki potensi jika dieksekusi dengan benar.

Keunggulannya? Well banyaknya poin minus dalam film ini membuat saya cukup sulit menemukan poin plusnya. Mungkin satu-satunya poin plus adalah karakter dari Dick dan Jason yang diperankan dengan baik oleh Robert de Niro dan Zac Efron. Tanpa kedua aktor ini, film ini dijamin akan hampa. Chemistry mereka cukup baik dan menghibur.

Kelemahannya? Sudah dipaparkan diatas, So let me wrap it up. Pendalaman cerita yang kurang, plot yang terlalu simple padahal menarik, tidak bisa membangun emosi penonton dan terakhir ini yang paling parah. Sesuai judul atas, terlalu mudah ditebak.

Ya sejak menonton dari awal, (SPOILER ALERT) penonton pasti sudah bisa menebak bahwa Jason tidak akan jadi menikah dengan Meredith dan memilih untuk hidup dengan Shadia (Zoey Deutch).

Kesimpulannya, Film ini plot nya cukup menarik namun sayang diesekusi dengan sangat buruk.

Memorable Scene : Ketika Jason telanjang pagi hari di pantai lalu ditelpon Meredith, lalu diganggu anak kecil lalu anak kecil itu melaporkan Jason sebagai pedofil yang menggangu dia kepada ayahnya, sehingga Jason ditangkap polisi

IMO, rating : 4/10

Review The Accountant : Superb performance from Ben Affleck

The Accountant megisahkan tentang Christian Wolf (Ben Affleck) seorang akuntan yang sejak kecil sudah mengidap autisme namun memiliki kecerdasan tingkat tinggi, bahkan jenius. Wolff bekerja sebagai akuntan untuk beberapa organisasi kriminal di dunia. Suatu ketika Wolff mendapat misi untuk meneliti keuangan suatu perusahaan, bersama pegawai tetap perusahaan terebut yaitu Dana Cummings (Anna Kendricks) mengetahui rahasia perusahaan yang melibatkan jutaan dollar dan seharusnya tidak mereka ketahui. Oleh karena hal tersebut hidup mereka terancam oleh pembunuh bayaran yang disewa perusahaan tersebut.

The Accountat bisa dibilang merupakan film action-thriller terbaik di 2016. Ya, di 2016 karena tahun ini dijejali oleh banyak film bergenre superhero, sehingga tidak ada film bergenre action-thriller lain yang mampu menyaingi film ini. (The Mechanic? MEH)

Dengan tone yang gelap, film ini menggunakan alur maju-mundur, maju saat melihat kehidupan Wolff di masa sekarang dan mundur saat melihat kehidupan Wolff saat kecil yang mengidap autisme. Pace yang digunakan dalam film ini juga sangat lambat karena bertujuan memperkenalkan sosok Christian Wolff ke penonton yang kisah hidupnya kelam dan "tidak mudah".

Penggambaran karakter Wolff dalam film ini juga patut diapresiasi. Penonton akan dibuat tenggelam dalam karakter ini dan dibuat penasaran setelah melihat Wolff masa kini dan Wolff pada masa kecil yang memiliki perbedaan siginifikan. Scene saat Wolff menyendiri di rumahnya merupakan penggambaran karakter yang sang baik dari sang sutradara. Menggosok kakinya sendiri, memutar lagu rock dengan volume besar, meyimpan peralatan makan untuk 1 orang dengan sangat rapi, menyimpan banyak senjata dalam mobil. Well, scene itu cukup menggambarkan bahwa Wolff adalah seorang autisme.

Keunggulannya? Ben Affleck! ya, seperti judul yang saya buat diatas, berkat akting mumpuni dari Ben Affleck, karakter Christian Wolff menjadi sangat menarik dan gelap. Aktor pemeran Batman ini berhasil memerankan karakter Wolff yang misterius, bertalenta sekaligus memiliki kelainan seperti sulit bergaul dengan orang sekitar atau anti-sosial.

(SPOILER ALERT) Twist yang dihadirkan dalam film ini juga sangat mengejutkan. Setelah digambarkan sebagai karakter yang diam tanpa suara selama masa kecil, ternyata Brax (Jon Bernthal) musuh utama adalah film ini merupakan saudara kandung Wolff. Well, saya pribadi sudah berhasil menebak ini sejak Wolff menghabisi anak buah Brax dan Brax melihatnya lewat komputernya.

Kelemahannya? 1/4 cerita awal cukup membosankan karena cerita dipacu dengan lambat dan berfokus ke 2 plot yang cukup membingungkan yaotu plot Chritian Wolff masa sekarang dan masa kecil, serta plot kerjasama Ray King (JK Simmons) dan Medina (Cyhnthia Addai-Robinson).

Lalu role dari Ray King dan Medina IMO juga tidak terlalu penting. Khusunya JK Simmons, tentu kita berharap dia akan memainkan peran yang lebih penting dalam film ini, namun sayang eksptasi itu harus dikubur dalam-dalam.

Kesimpulannya, The Accountant merupakan salah satu film Action-Thriller yang baik terutama penggambaran karakter Christian Wolff yang diperankan sangat apik oleh Ben Affleck disini.

Memorable Scene :
1. Scene ketika Wolff dan Dana Cummings pertama bertemu. Setelahnya film ini menjadi cukup menarik dan sedikit cerah dengan scene awkward nya Wolff terhadap Dana.

2. Ketika Wolff kecil berlatih pencak silat di Indonesia dan berbicara "Tidak apa-apa, lanjutkan saja"

IMO, rating : 8/10

Friday, October 28, 2016

Doctor Strange : Forget the Reality

Doctor Strange merupakan film yang bagian dari MCU (Marve Cinematic Universe) bercerita tentang Stephen Strange yang merupakan dokter bedah nan handal, namun angkuh. Pada suatu hari Strange mendapat kecelakaan mobil yang membuat sistem saraf tangan nya rusak dan tidak bisa berfungsi secara normal lagi. Hal ini membuat Strange putus asa dan bertengkar hebat dengan Christine Palmer (Rachael McAdams). Setelah itu Strange melakukan perjalanan ke Kamar Taj yang mempertemukan nya dengan Baron Mordo (Chiwetel Eijofor) dan The Ancient One (Tilda Swinston) yang mengubah hidup Strange menjadi berbeda selamanya.

Doctor Strange dipacu dengan pace lambat pada bagian awal, karena bertujuan mengenalkan karakter ke penonton. Pada pertengahan ke akhir film, baru lah film ini dipacu dengan pace cukup  cepat. Alur film sendiri dibuat maju terus tanpa ada alur mundur berupa flashback dan semacam nya. Tipikal dan ciri khas film Marvel benar-benar dianut secara kuat dalam film ini, dengan menyelipkan beberapa adegan humor, villain yang mudah dilupakan, pokoknya Marvel banget deh!

Keunggulan nya? Benedict Cumberbatch! Ya aktor yang tengah naik daun ini akan semakin tinggi saja popularitasnya setelah membintangi film ini. Akting yang mumpuni sehingga membuat saya lupa kalau dia juga memerankan sosok iconic Sherlock Holmes di serial TV dan seakan tidak ada lagi yang pantas memerankan sosok superhero berkekuatan sihir ini.

Selain cast, visual yang diperlihatkan film ini juga patut diacungi jempol. (Mungkin) mengambil refrensi dari film Inception. Penonton akan dibuat pusing melihat gedung, langit yang berputar-putar saat scene fighting antara Dr. Strange dengan Kaecilius.

Kekurangan nya? Well plot film terlalu lemah dan mudah di baca. Dr Strange bisa dibilang "another Superhero Movie". Tidak ada yang spesial. tidak ada twist yang menarik, semua nya berjalan dengan lurus sehingga cerita sangat mudah ditebak tanpa membuat penonton berpikir atau merasakan emosi film.

Lalu villain yang mudah dilupakan pun terjadi lagi di film ini. Bisa dibilang ini merupakan penyakit Marvel yang sulit disembuhkan. Banyak sekali peran antagonis yang bisa dieksploitasi lebih dalam namun malah disia-sia kan (kecuali Loki)

Dan terakhir, IMO ending di film ini kesan nya nyeleneh. Mungkin Marvel terinspirasi dari ending Guardians of The Gallaxy?

Kesimpulan nya, Doctor Strange merupakan film yang cukup menghibur dan "Another Superhero Movie" dengan magic atau sihir sebagai hiasan nya, jadi saat menonton Doctor Strange disarankan untuk forget the reality.

IMO, Rating : 7/10

Tuesday, October 11, 2016

Paper Towns : Surprisingly (very) Good

Paper Towns merupakan film adaptasi dari novel yang berjudul sama. Menceritakan tentang Quentin Jacobsen (Nat Wolf) yang sejak kecil menyukai tetangga nya Margo (Cara Delevigne) namun tidak pernah mengungkapkan perasaan nya hingga SMA. Sampai pada suatu malam dimana Margo mendatangi kamar Quentin untuk mengajak nya "bersenang-senang" dalam satu malam yang menjadi kenangan terindah dari Quentin. Namun, keesokan paginya Margo menghilang bak ditelan bumi. Quentin beserta teman-teman nya pun akhirnya membantu Quentin untuk menemukan Margo dengan berbagai clue yang ada.

Sebelumnya disini gue tidak pernah membaca novel Paper Towns jadi tidak bisa membandingkan nya, namun secara pribadi menurut gue film ini sangat bagus, menghibur dan menyentuh. Cerita yang sangat simpel memang namun sangat recomended untuk ditonton karena menggunakan plot yang anti-mainstream.

Alur cerita yang maju terus pantang mundur membuat film ini semakin asyik untuk diikuti. Penonton yang terutama anak muda dijamin tidak akan bosan mengikuti petualangan Quentin, Radar (Justice Smith), Ben (Austin Abrams), Lacey (Halston Sage), dan Angela (Jaz Sinclair) dalam perjalanan menemukan Margo.

Keunggulan nya? Akting dari semua cast film ini hampir bagus semua. Terutama 2 teman dari Quentin yaitu Ben dan Radar. Mereka berdua benar-benar menjiwai karakter dan berhasil memberikan warna tersendiri bagi film ini sehingga sangat menghibur dan dapat mendiptakan side story yang dapat diterima penonton. Cara Delevigne juga akting nya patut diapresiasi dan di luar ekspetasi sangat baik memainkan peran Margo yang misterius. Keunggulan lainnya tentu saja dari segi plot, alur dan penyajian cerita yang sudah dipaparkan di atas. Perfecto!

Kelemahan nya? Jujur agak sulit menemukan kelemahan film ini, karena gue udah terlanjur tenggelam dan suka banget sama storynya. Tapi akhirnya gue dapat satu, yaitu akting dari pemeran Quentin. ya, Nat Wolf terkesan terlalu datar ekspresinya dan kurang mendapatkan karakternya IMO.

So, kesimpulan nya Paper Towns bagi gue sangat recommended untuk ditonton terutama bagi kalangan anak muda dijamin tidak akan menyesal. Plot nya yang simpel dapat menghibur sekaligus menyentuh. Film ini juga memiliki cerita yang anti-mainstream dan arti yang dalam (If you notice it).

Memorable scene : Ketika Quentin, Ben dan Radar menyanyikan lagu Pokemon ketika akan melewati lubang yang seram, damn!

IMO, Rating : 8,5/10

Thursday, September 8, 2016

Don't Breathe : More like thriller than Horror

Don't Breathe bercerita tentang Rocky (Jane Levy), Alex (Dylan Minette), dan Money (Daniel Zevatto) yang merupakan sekelompok pencuri yang biasanya menargetkan rumah-rumah kosong. Suatu ketika mereka berencana merampok uang tunai yang ada di rumah seorang kaket tua dan buta. Namun setelah berhasil memasuki rumah kakek tersebut, tidak disangka-sangka "The Blind Man" ini lebih seram dari yan dibayangkan. Sehingga Rocky dkk terjebak dan tidak bisa keluar dari rumah tersebut.

Don't Breathe berhasil menawarkan cerita yang simple, namun dieksekusi dengan sempurna. Plot film ini sangat simple, karena ber setting di satu rumah saja. Namun balutan aksi serta thriller yang ditawarkan film ini benar-benar menegangkan.

Alur film di 1/4 awal memang dipacu dengan pace lambat karena ingin memperkenalkan karakteristik para tokoh secara singkat. Namun setelah memasuki pertengahan, ketegangan menjadi satu-satu nya situasi yang ditawarkan film ini. Set up atmosfer yang sempurna akan membuat penonton merasakan ketegangan maksimal. Bunyi-bunyi kecil sepeti dering HP, pecahan kaca, lantai berderit dan lain-lain membuat nuansa tegang semakin kental di film ini. Penonton juga kan dibuat bingung ingin memihak pihak pencuri atau pihak yang dicuri, karena pihak yang dicuri disini juga memiliki motif jahat yang akan membuat penonton berpikir dua kali untuk memihak dia

Performa Stephen Lang sebagai The Blind Man juga patut diapresiasi. Dia berhasil membentuk karakter kakek-kakek kuat nan tangguh yang menjadi "hantu" bari para pencuri walaupun buta. Tidak heran karakter ini sering disebut sebagai "Retired Daredevil"

Keunggulan nya? Ketegangan yang intens berhasil diberikan kepada penonton dari pertengahan hingga akhir film, lalu plot twist yang cukup mengejutkan juga menjadi nilai plus sendiri, cerita yang sederhana namun berhasil dieksekusi dengan baik. Minim budget serta tidak menggunak efek atau CGI yang laris manis di kalangan Hollywood saat ini.

Kelemahan nya? Masih menggunakan musik sebagai senjata untuk mengangetkan penonton, sehingga tidak ada inovasi akan hal-hal baru yang ditawarkan dari segi film horror.

Kesimpulan nya Don't Breathe sangat recommended untuk ditonton karena menawarkan plot sederhana dengan sejumlah kejutan yang menanti di tengah film. Dan IMO, film ini lebih ke genre Thriller-Action daripada Horror.

IMO, rating : 8/10

Saturday, August 27, 2016

Now You See Me 2 : Losing the Touch of Magic

Akhirnya bisa juga nonton film ini, setelah engga sempet nonton sejak perilisan hari pertama, so here you go

Sekuel Now You See Me (2013) ini menceritakan tentang kelanjutan sepak terjang The Four Horsemen yaitu Daniel Atlas (Jesse Eisenberg), Merritt McKinny (Woody Harelson), Jack Wilder ( Dave Franco), dan Lizzy Caplan (Lula) yang ingin membocorkan aib dari merek suatu smartphone. Namun alih-alih berhasil, malah mereka yang dikerjai dan berhasil ditangkap ke Maccau untuk "dipaksa" bekerja untuk Walter Tressler (Daniel Radclife). Di sisi lain Dylan Rhodes (Mark Ruffalo) yang berusaha menemukan anak buah nya, terpaksa harus membebaskan Thaddeus Braddley (Morgan Freeman) karena hanya dia yang dapat membantu Rhodes.


Secara keseluruhan, Now You See Me 2 bisa dibilang lebih keren, fantastis, besar dan megah dari pada film sebelumnya. Namun sayang, daya tarik berupa unsur magic dari film ini menurut gw hilang.

Dengan alur yang energik dan cepat seperti film pertama, plot film ini cukup rumit dan memusingkan bagi gw. Tidak seperti film pertama yang memiliki plot twist yang masuk akal dan masih mudah dicerna, permainan plot di film ini IMO cukup maksa. Dengan mengutamakan action sebagai sajian utama nya, film ini kehilangan unsur sulap jika tidak dibantu oleh scene ending mereka.

Keunggulan nya? Film ini memainkan alur yang cepat, sehingga penonton tidak bosan, bahkan menjadi fokus penuh dalam mengkuti petualangan The Four Horsemen. Sisi Action menjadi nilai plus tersendiri karena menegangkan dan memacu adrenalin. Wood Harelson juga patut diapresiasi karena akting nya yang luar biasa memerankan 2 karakter sekaligus

Kekurangan nya? Seperti yang gw tulis diatas, unsur magis terkesan hilang dari film ini. Banyak adegan yang kurang masuk akal. Seperti scene menucri chip dengan menggunakan kartu, scene tersebut memang keren tapi sulit diterima logika. Cerita yang cukup rumit dan berusaha lebih besar namun sejenis dengan film pendahulunya juga menjadi masalah tersendiri. Trik terakhir di ending pun masih kalah WAH dengan pendahulunya

Kesimpulan nya, Now You See Me 2 merupakan film yang cukup menghibur namun kehilangan sentuhan magis yang membuat film ini sulit diterima secara logika seperti pendahulunya

Rating, IMO : 7/10

Saturday, August 6, 2016

Suicide Squad : Fun but not memorable

Suicide Squad menceritakan tentang Amanda Waller yang megumpulkan Tim Task Force X yang berisikan para penjahat yaitu Deadshot (Will Smith), Harley Quinn (Margot Robbie), El Diablo (Jay Hernandez), Captain Boomerang (Jay Courtney), Killer Croc (Adewale Akinnuoye-Agbaje), Slipknot (Adam Beach), Katana (Karen Fukuhara) yang dijaga Captain Rick Flag (Joel Kinnaman) untuk melawan Enchantress (Cara Deleviegne) yang lepas kendali. Dalam menjalankan misi ini, Suicide Squad diganggu Joker (Jared Leto) yang ingin menyelamatkan Harley Quinn.


Overall, film ini benar-benar menghibur dan dipacu dengan pace serta alur yang cepat dimana porsi pengenalan latar belakang karakter digarap secara pas. Di awal film kita akan dikenalkan dengan latar belakang para villain kecuali Slikpnot (Karena dia mati di awal film LOL). Dan satu lagi yang paling penting, film ini dibalut dengan nuansa Fun yang meminimalisir unsur dark seperti BvS, jadi jangan heran bila melihat beberapa candaan konyol di film ini.

Keunggulan nya? Nilai plus wajib diberikan pada adegan action di Suicide Squad. Adegan action bertubi-tubi yang disajikan di film ini membuat film terasa cepat mengalir, selain itu banyak nya penggunaan warna cerah di visual efect sekali lagi membuat nuansa fun sangat kental dalam film ini. Selain itu karakter yang kuat dimainkan oleh Will Smith (well gausah heran lah ya sama aktor yang satu ini), Margot Robbie, Joe Kinnamann dan Jay Courtney. Mereka benar-benar memainkan karakter mereka masing-masing dengan sangat pas dan menjadi keunikan tersendiri, terutama Harley Quinn yang sepertinya akan mendapat banyak fans baru akibat Suicide Squad. Lalu chemistry yang terjadi antara Harley dengan Joker dalam tajuk "Criminal Love" juga sangat apik, kisah cinta yang cukup anti-mainstream.

Kekurangan nya? Story yang diangkat dalam film ini cukup dangkal. Ya, tujuan atau misi dari skuad ini bisa dibilang cukup mengganjal karena terlalu simpel. Sisi plot ini diselamatkan dengan plot twist menyelamatkan 1 orang yang ternyata orang tersebut adalah Amanda Waller. Selain itu, para villain disini terlihat kurang "jahat". Alasan mereka bersatu lagi membantu Rick Flag juga cukup dipaksakan yaitu hanya karena Deadshot ikut yang lain pun menjadi ikut. Lalu menurut gw juga ada beberapa karakter yang tidak ada peran berarti dan bisa dihilangkan dari skuad. Dan terkahir porsi Joker kurang banyak dan terkesan hanya sebagai pemancing penonton saja (I know this is Suicide Squad not Joker movie, but still need more Joker)

Kesimpulan nya IMO, Film ini sangat seru dan fun untuk ditonton namun kurang banyak menyisakan memorable thing yang terngiang hingga kita pulang ke rumah

Rating IMO : 7/10

Saturday, July 30, 2016

Jason Bourne : Welcome Back Matt Damon!

Jason Bourne merupakan lanjutan dari trilogi The Bourne Idendity, The Bourne Supremacy, serta The Bourne Ultimatum. Dan pada 2013 lalu dibuat spin-off nya yaitu The Bourne Legacy yang sayangnya kurang sukses dan mengecewakan. Karena hal tersebut, Paul Greengrass selaku sutradara Bourne Supremacy serta Bourne Ultimatum, kembali menahkodai Jason Bourne. Dan yang terpenting adalah Matt Damon kembali memerankan tokoh utama, yang tentu saja membuat para fans lama dari franchise ini bersorak-sorai.



Menceritakan tentang Jason Bourne (Matt Damon) yang telah meninggalkan kehidupan lamanya, namun secara tiba-tiba ditemui oleh Nicky Parsons (Julia Stiles) yang baru saja meretas website dari CIA dan mengambil berkas Treadstone (proyek yang membuat Bourne menjadi  lupa ingatan) dan berniat menyebarkan nya di Internet. Akibat hal ini, Jason Bourne kembali menjadi buruan CIA yang dinahkodai Robert Dewey (Tommy Lee Jones), beserta kepala divisi Cyber CIA (Heather Lee) serta agen lapangan CIA (Victor Cassel).

Overall, Jason Bourne menampilkan paket thriller + action yang memuaskan. Porsi kedua nya terbagi dengan sanagat baik. Pace yang diusung film ini pun sangat cepat, sehingga membuat kita sebagai penonton merasakan nuansa ketegangan nya.

Keunggulan film ini? Tentu saja kembalinya Matt Damon sebagai Jason Bourne! Penggemar trilogi Bourne sebelumnya akan dipuaskan dengan berbagai scene khas Jason Bourne seperti menyelinap diantara crowd, aksi brutal dengan penuh perhitungan, strategi menghadapi berbagai situasi yang sempurna, pergi travel antar kota atau negara melalui "angkutan umum" dan sebagainya yang hilang di The Bourne Legacy. Selain itu, Shaky Cam yang diusung Paul Greengrass di film ini juga membuat penonton akan semakin seru dan tegang dalam mengikuti aksi Bourne

Selain menyoroti kembalinya Matt Damon, IMO akting Alicia Vikander dalam film ini sebagai Heather Lee juga cukup memuaskan.

Kekurangan film ini? masih belum bisa mengalahkan The Bourne Ultimatum yang tensi film nya sangat tinggi dari awal hingga akhir. Namun mengingat Bourne Ultimatum dirilis pada 2007, Jason Bourne merupakan langkah awal yang baik bagi Paul dan Damon untuk kembali ke franchise ini.

IMO Rating : 8,5/10

Thursday, July 28, 2016

Central Intelligence : Absolutely Fun!

Central Intelligence menceritakan tentang Bob Stone (Dwayne Johnson) yang dibully pada saat SMA, lalu 20 tahun kemudian mengajak Calvin "Jet" Joyner (Kevin Hart), murid yang paling bersinar saat SMA serta menolong Bob waktu di bully untuk bertemu di suatu bar. Tidak disangka-sangka pertemuan 2 teman SMA ini membawa mereka pada petualangan yang menegangkan.


Overall, Central Intelligence benar-benar film yang sangat asik untuk diikuti. Adalah duet maut Dwayne Johnson-Kevin Hart yang membuat penonton betah terhadap film ini. Chemistry kedua merupakan nyawa yang menghidupkan film ini serta berhasil membuat penonton tertawa terbahak-bahak dengna lelucon funny scenes mereka yang segar dan tidak jayus.

Pace yang diusung film ini juga sangat mengasyikan karena tidak bertele-tele dan direct pada masalah yang dituju. IMO, pace film ini sangat mendukung duet Johnson-Hart sehingga tercipta chemistry yang baik seperti yang saya sebut diatas.

Selain itu, plot yang digunakan film ini juga cukup baik karena memiliki sedikit thriller yang akan membuat penonton binggung menilai pihak mana yang benar. Sayang twist yang ada di film ini cukup tertetebak IMO

Kekurangan nya? untuk film dengan genre action-comedy, unsur komedi jauh lebih kental di film ini. Adegan action dalam film ini juga tergolong standar, tidak ada yang spesial dan hal baru.

IMO rating : 7,7/10

Tuesday, July 5, 2016

The Legend of Tarzan : It supposed to be fun, instead they make it dark

The Legend of Tarzan berbeda dengan film-film Tarzan sebelumnya, yaitu  mengisahkan tentang Tarzan (Alexander SkarsgĂ„rd) yang telah meninggalkan hutan nya selama 8 tahun, berganti nama menjadi John Clayton III dan pindah untuk hidup di London, Inggris bersama istrinya Jane (Margot Robbie). Dibalik kehidupannya yang tenang, Tarzan ditugaskan ke Kongo untuk melayani sebagai utusan perdagangan parlemen. Namun tanpa disadari, Tarzan ternyata dijebak oleh Captain Leon Rom yang melibatkan Tarzan sebagai bagian kesepakatan dengan Chief Mbonga (Djimoun Hounsou) penguasa hutan Kongo. Ditemani Jane dan George (Samuel L Jackson), petualangan Tarzan di hutan Kongo pun dimulai.

Dari sinopsis diatas serta trailer yang telah keluar, The Legend of Tarzan terlihat menarik, menyenangkan dan membawa berpetualang ke dunia rimba yang dipenuhi tumbuhan hijau. Namun ada baiknya sebelum menonton, singkirkan jauh-jauh ekspetasi tersebut. Daripada menampilkan sisi tersebut, David Yates, sang sutradara lebih memilih menampilkan sosok Tarzan yang "dark". Oke mungkin Tarzan yang kita kenal di film kartun waktu kecil bukanlah sosok yang ceria, namun blunder selanjutnya IMO terjadi dalam penggambaran sosok Jane. David Yates mengarahkan Jane
menjadi sosok yang "Dark" juga. Padahal jika menilik film kartun nya, Jane adalah sosok yang ceria.

Hal negatif lainnya, jalan cerita dijalankan dengan pace yang lambat sehingga tidak jarang membuat penonton menguap. Lalu chemistry antara Alexander dan Margot Robbie sebagai Tarzan dan Jane juga tidak terjalin dengan baik sehingga menciptakan kehampaan tersendiri saat menonton mereka berdua. Eksplorasi karakter pun kurang mendalam, padahal film ini memakan durasi yang cukup lama dan dihabiskan untuk storytelling dengan pace lambat tadi.

Dari sisi karakter, hanya Samuel L Jackson yang menurut saya cukup menarik perhatian dengan tingkah kocaknya. Selain itu, semua standard. Untuk Alexander sebgai Tarzan, sebenarnya secara fisik sudah sangat cocok namun secara karakter belum cukup.

Hal positif dari film ini? Hutan yang digambarkan dalam film cukup menyejukan mata dan memukau. Animasi dan effect untuk menampilkan hewan-hewan juga patut diapresiasi. Adegan action dalam film ini juga tidak buruk dan cukup menghibur. Selain itu, alur yang digunakan untuk menceritakan origin Tarzan yaitu alur maju-mundur sebenarnya cukup unik, namun sayang sekali lagi film ini tidak cocok dengan tone "Dark"

IMO Rating : 3,5/10

Sunday, May 1, 2016

Never Back Down

Great Mixed Martial Art (MMA) Movie! Yah itulah garis besar tentang film ini, MMA! Talk less, action more! Never Back Down (2008) menceritakan tentang Jake Tyler (Sean Farris) siswa SMA/high school yang baru pindah dari Iowa ke Orlando dengan membawa sejumlah penyesalan terkait ayahnya yang meninggal. Di sekolah barunya ini, Jake bertemu dengan Baja Miller (Amber Heard) yang menarik perhatianya pada padangan pertama. Lalu Baja mengajak Jake ke suatu pesta yang mempertemukan dia dengan Ryan McCarthy (Cam Gigandet). Di pesta itu, Ryan menantang Jake bertarung MMA dan berhasil mempermalukanya di pesta tersebut. Tidak terima dengan kekalahan tersebut, Jake pun diajak temannya Max Cooperman (Evan Miller) untuk berlatih MMA dengan Jean Roque (Djimon Hounsou) dan berniat membalas kekalahanya dari Ryan.


Mungkin setelah loe baca sinopsis singkat diatas loe berpikir pasti ending film ini mudah ditebak. Ya, ending film ini pasti Jake akhirnya bisa mengalahkan Ryan one on one. Tapi sajian utama yang ditawarkan film ini bukan lah story yang mindblowing dan membuat kita menebak-nebak arah cerita, melainkan tentang bagaimana Jake yang awalnya merupakan atlet rugby disekolahnya yang dulu bisa mengalahkan Ryan yang merupakan "jagoan" MMA di sekolahnya.

Film ini recommended banget buat kalian pecinta MMA atau pecinta WWE juga boleh. Mengapa? karena film ini akan memanjakan kita dengan berbagai move keren yang ada di olahraga bela diri tersebut, termasuk WWE. Di sini terlihat Jake cukup sering memakai signature Alberto Del Rio dari WWE (jadi semacam signature Jake di film ini). Lalu karena film ini juga menceritakan tentang Jake yang belajar MMA, secara tidak langsung kita sebgai penonton juga akan belajar MMA. Gak percaya ? coba aja nonton hahaha...

Selain action nya , gw juga suka sama pengembangan karakter dari Jake serta Roque yang memiliki masa lalu yang membentuk sifat mereka sekarang. Dan jujur gw juga kesel sama sifat Jake yang keras kepala serta emosian sehingga smepat terjadi polemik dengan Roque. Dan jangan lupa, Amber Heard! Ya pemeran Queen Mera di Aquaman ini sexy banget! Jujur dia alasan utama gw am=walnya mau nonton film ini haha. Dan aktingnya sebagai "key girl" di film ini cukup memukau gw.

Tapi film ini tetap ada negatifnya. Pertama, gw cukup terganjal dengan alasan Baja meninggalakan Ryan. Alasan nya ituloh, aneh! Lalu penyelesian konflik di film ini juga terlihat kurang baik dan terburu-buru. Jika saja stornya kuat, film ini pasti bakal boombastis.



IMO (7/10)